Rasa penasaran seperti apa kondisi objek wisata ini setelah lebih dari 10 tahun yang lalu saya kunjungi, menyebabkan saya memaksakan diri meluangkan waktu buat mengunjunginya. Masih cukup melekat dalam benak, akan pepohon yang rindang, susana yang sejuk dan asri disertai gemericik air yang mengalir dari petirtaan jolotundo. Semoga belum banyak berubah, doa saya.
|
| |
| | |
|
| |
| [citratv] Budaya - Petirtaan Jolotundo
Sebuah bangunan yang disusun dari bongkahan batu yang ada disekitar candi. Bekas dupa di bagian tengahnya menandakan objek ini sering digunakan sebagai tempat untuk bersemedi oleh pengunjung | |
| | |
Kendaraan pun dilaju sedikit lebih cepat, melintasi jalan khas perbukitan dengan tanjakan dan kelokan yang acapkali memaksa diri untuk menekan pedal rem bila tidak ingin celaka. Tanjakan curam diujung perjalanan, mengantarkan saya ke lokasi wisata Petirtaan Jolotundo.
Dahi saya langsung berkerut melihat objek wisata ini sudah banyak berubah. Beberapa pohon tampaknya sudah ditebang untuk kemudian diganti dengan bangunan permanen berupa pendopo dan toilet umum. Suasana yang ada-pun tampak lebih tebuka tidak se-rimbun/rindang dulu lagi :( Dengan tempat yang lebih terbuka ini, kesan "sakral"-nya jadi jauh berkurang.
Beberapa pengunjung tampak mandi di dua bilik
(pria dan wanita) yang tersedia di petirtaan tersebut. Sebagian orang nampaknya mempercayai bahwa mandidi petirtaan jolotundo ini menjadikan awet muda ataubisa menyembuhkan beberapa macam penyakit. Air yang dari kedua tempat pemandian tersebut nantinya menaglir keluar dan menyatu ke bagian tengah dalam bentuk kolam yang dipenuhi ikan-ikan. Meskipun jumlah ikan yang ada dikolam ini boleh dibilang banyak dan berukuran besar, tapi adalah hal yang terlarang untuk memancingnya.
| | |
| | |
|
| |
| [citratv] Budaya - Petirtaan Jolotundo
Bongkahan batu berbagai ukuran yang merupakan bagian dari situs ini dikumpulkan dalam satu tempat khusus | |
| | |
Disekitar pemandian, nampak bongkahan batu situs berbagai ukuran telah dikumpulkan secara rapi dalam satu tempat khusus. Mestinya bongkahan batu tersebut merupakan bagian bangunan dari situr petirtaan jolotundo, namun karena belum diketahui bagaimana bentuk sebenarnya, maka proses rekonstruksinya belum bisa dilakukan. Beberapa diantara bongkahan tersebut, nampak coba disusun membentuk suatu bagian bangunan. Bekas pebakaran dupa disertai berbagai sisa bunga-bunga khas pedupa-an, nampak berserakan didepannya. Nampaknya ditempat ini masih banyak masyarakat yang melakukan tirakat ata semedi dengan maksud dan tujuan tertentu.
Secara umum objek wisata ini perlu dibenahi lagi agar mampu menarik kunjungan wisatawan. Fasilitas toilet yang ada nampaknya juga sudah mulai tak terawat dan berkesan kotor. Fasilitas permainan anak-anak yang tak jauh dari gerbang masuk tampaknya juga sudah tidak bisa digunakan lagi. Penambahan papan informasi maupun dalam bentuk booklet akan sejarah yang melatar belakangi keberadaan petirtaan Jolotundo ini, nampaknya perlu dibuat. Setidaknya keberadaan informasi tersebut akan mampu memberikan sedikit informasi dari pengunjung saat mencoba mengetahui lebih banyak tentang apa yang dikunjunginya di lokasi wisata ini.
| | |
| | |
|
| |
| [citratv] Budaya - Petirtaan Jolotundo
Ikan-ikan yang tumbuh "subur" dikolam limpahan. Pengnunjung dilarang memancing atau mengambil ikan di tempat ini | |
| | |
Petirtaan jolotundo ini merupakan peninggalan tertua di Gunung Penanggungan yang diperkirakan berkaitan erat dengan Raja Airlangga. Sebenarnya di Gunung Penanggungan ini banyak terdapat situs candi, namun keberadaannya tersebar di berbagai lokasi. Dari petugas lokasi, diperkirakan terdapat 9 candi, namun perlu fisik dan stamina yang prima untuk mencapainya, mengingat candi-candi tersebut berada di lereng pegunungan. Sebenarnya saya pribadi ingin sekali mendatangi situs atau candi-candi tersebut, namun kedatangan kali ini yang membawa serta orang tua nampaknya tidak memungkinkan. Lain kali jika ada kesempatan lagi berkunjung kemari tentu saya akan mencobanya
No comments:
Post a Comment